Dituduh Tak Berdasar, Presma Terpilih UNTAD Asrar Tempuh Jalur Hukum: Ini Fitnah dan Serangan Demokrasi!

Palu, HarianMetropolis.com — Presiden Mahasiswa (Presma) terpilih Universitas Tadulako (UNTAD), Asrar, angkat bicara terkait tuduhan pelecehan seksual yang diarahkan kepadanya. Dalam pernyataan resmi yang disampaikan kepada media, Asrar menyebut tuduhan tersebut sebagai fitnah keji dan bagian dari kampanye hitam (black campaign) yang mencoreng demokrasi kampus.

Tuduhan itu mencuat dalam bentuk poster yang beredar luas pada hari pelaksanaan Pemilihan Raya Mahasiswa (Pemira), 5 Mei 2025. Poster tersebut memuat nama dan foto Asrar, serta menyebut dirinya sebagai pelaku pelecehan, tanpa disertai bukti hukum atau laporan resmi.

“Saya tidak pernah melakukan perbuatan seperti yang dituduhkan. Ini adalah fitnah yang disengaja untuk menjatuhkan saya secara politik. Demokrasi kampus tidak boleh dikotori oleh tindakan seperti ini,” tegas Asrar saat diwawancarai, Kamis (26/6/2025).

Asrar mengaku telah melaporkan kejadian tersebut ke Polresta Palu atas dugaan pencemaran nama baik, dan menyerahkan sejumlah bukti pendukung, termasuk rekaman CCTV dan keterangan saksi yang menunjukkan bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar.

Asrar merupakan kandidat yang meraih suara terbanyak dalam Pemira UNTAD 2025. Namun hingga saat ini, hasil tersebut masih dalam proses klarifikasi oleh pihak kampus dan Majelis Mahasiswa UNTAD (MM-UNTAD), sehingga SK resmi belum diterbitkan.

Dalam kondisi penuh tekanan ini, Asrar menilai bahwa tuduhan terhadap dirinya adalah bagian dari upaya sistematis untuk menggagalkan hasil Pemira yang sah.

“Saya tetap menjunjung tinggi mekanisme kampus. Saya menunggu keputusan resmi dari rektorat dan Majelis Mahasiswa. Tapi saya tidak akan diam terhadap fitnah yang merusak nama baik saya,” lanjutnya.

Asrar juga mengajak seluruh mahasiswa UNTAD agar tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang belum terverifikasi. Ia berharap ruang demokrasi kampus tetap dijaga dengan menjunjung etika, dialog terbuka, dan hukum yang adil.

“Pemira seharusnya menjadi ajang adu gagasan, bukan ajang menjatuhkan lawan dengan cara-cara tidak terpuji,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *