Anti Terhadap Seseorang, Bisa “Buta Hati” dan Mengarah ke Anomali

Harianmetropolis.com

Catatan: Kaperwil Sumatera Utara

Bacaan Lainnya

Kebencian atau lebih sederhana boleh dikatakan tidak menyukai adalah hal yang lazim dalam sosial kehidupan Masyarakat, Karena sifat demikian boleh dikatakan hampir “dimiliki” semua makhluk. Kebencian dalam konteks kehidupan dikategorikan boleh dengan alasan kecil dan bisa dikatakan oleh hal yang besar sehingga kecenderungan akibat “benci” salah dalam menarasikan dalam kehidupan sosial.

Dalam konteks Politik banyak digandrungi kebencian akibat kekalahan dalam kontestasi. Akibat dukungan yang kalah dan bisa berakibat ke komunikasi yang salah arah. Kekalahan tadi yang disebut diatas menjadi terpatri di lubuk hati dan tanpa disadari mengarah ke Anomali. Sifat yang seperti ini perlu dikoreksi oleh orang sekeliling agar tidak salah dalam mengambil sikap.

Ada kata bijak menyebut “Jika sudah benci, kebenaran hakiki bisa jadi salah, tidak ada kebenaran dalam tindakan dan selalu salah di dalam pandangan” hal ini bisa kita kaitkan dalam perjalanan pemerintahan di Kabupaten Tapanuli Utara saat ini, dimana para pendukung yang “kalah” selalu saja menyerang pemerintah dengan narasi yang culas, mendiskreditkan Oknum pemimpin dalam pandangan Pribadi, olokan yang kadangkala tidak beradat sehingga termakan masyarakat yang awam dalam menyimpulkan.

“Gagal Paham” identik dengan para pembuat Narasi dalam mengartikan Hirarki Pemerintahan, mereka seakan-akan lebih pintar dan bijaksana dalam menjalankan Pemerintahan, dan secara barbar menyimpulkan sikap seseorang dengan menyematkan dengan olokan yang sangat Narsis, menyerang pribadi tanpa menyebutkan nama di Medsos menunjukkan bahwa si pembenci hanya berani “Lempar Batu sembunyikan Tangan”. Sikap perilaku seperti ini menunjukkan “dia” tidak mengerti sama sekali dalam Dialektika dalam berpikir, hanya keringanan jari tangan yang mengetik yang diandalkan. Padahal Dialektika itu sangat penting untuk mencari hasil yang baik, karena membutuhkan komunikasi dua arah yang melibatkan ahli dalam pencapaian keputusan.

“Kebablasan” boleh disematkan dalam konteks yang dituliskan pada Catatan ini, dimana pihak “Pembenci ” yang selalu memiliki cara pandang yang salah dalam menganalisis gebrakan pemerintah dalam menyeimbangkan pemerintahan dalam segala aspek. Dalam satu Program pemerintah contohnya, ada hal yang dikerjakan pemerintah di sektor A, para pembenci menarasikan dengan pandangan lain tanpa melihat sisi positif dari tindakan tersebut, kebablasan ini bisa berakibat salah kaprah dalam pandangan masyarakat, kontra Objektif menjadi kecapan sehari-hari di media sosial sehingga menimbulkan debat kusir yang tiada habisnya. Nah, dalam hal ini perlu introspeksi diri bagi setiap oknum yang merasa “Pembenci” di Pemerintahan saat ini apa yang sudah diperbuat untuk Bonapasogit, apa yang sudah pernah dituangkan yang minimal menjadi suatu acuan? Jawabannya adalah Nol besar.

Sedikit catatan diatas kiranya bisa jadi menjadi bahan introspeksi atau minimal bisa menjadi kritikan yang mengarah ke arah yang lebih baik. Bersama untuk maju dan lebih baik menjadi dambaan setiap masyarakat Tapanuli Utara tanpa membeda-bedakan A dan B, jika tidak bisa memberikan saran yang baik, diam mungkin sangat membantu. Salam

Penulis: Kaperwil Sumatera Utara.
Wartawan Sertifikasi Madya (BNSP-RI)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *